­

Marketing to the Middle Class Muslim* (Perubahan Perilaku Pasar muslim dalam berdonasi)

November 30, 2016

Gambaran Umum Muslim Indonesia
  1. Umat islam Indonesia semakin dia kaya, maka dia akan semakin pintar dan semakin religious.
  2. Meningkatnya religiusitas tersebut tak hanya tampak dalam konteks ritual berdoa dan menyembah sang pencipta tapi juga dalam mengkonsumsi Produk.
  3. Konsumen muslim tidak hanya mencari manfaat fungsional dan emosional suatu produk. Kini mereka mulai semakin peduli dan butuh untuk mendapatkan manfaat spiritual. Manfaat spiritual adalah manfaat yang terkait dengan seberapa jauh produk tersebut mematuhi nilai – nilai dan ajaran islam

Perubahan Perilaku muslim dalam Berdonasi
  1.  Semakin kaya seorang muslim, maka akan semakin tinggi kesadarannya untuk berzakat
  2. 5,5 persen penghasilan kelas menengah dikeluarkan untuk zakat dan sumbangan lain2
  3. Semakin kaya seorang muslim, maka keinginan untuk mengetahui kewajiban zakatnya juga semakin tinggi. Namun ada perasaan gengsi untuk bertanya langsung kepada petugas zakat. Namun hal tersebut bisa diatasi dengan kalkulator zakat.
  4. Menurut salah satu direktur DD, Sebagian besar zakat yang didapatkan adalah dari muslim kelas menengah. Metode yang disukai dalam membayar zakat adalah dengan elektronik chanell / transfer
  5. Banyak donatur yang yang memilih lembaga ziswaf karena factor inovasi dan kreatifitas dalam merancang program zakat. Mereka tidak suka dengan para pencari sumbangan memaksa.
  6. Kelas menengah muslim sulit loyal pada satu lembaga karena punya perilaku untuk membagi bagi zakat.
  7. Lembaga zakat yang dipilih adalah lembaga yang dapat mendistribusikan manfaat zakat secara riel.
  8. Alasan donatur menyalurkan zakat adalah untuk mendapatkan rezeki dari Allah dan menangkal bencana

Tipologi Konsumen Muslim Indonesia
  1. Apathis: “Emang Gue Pikirin?” sebagai sosok konsumen muslim yang memiliki pengetahuan, wawasan, dan seringkali tingkat ekonomi yang masih rendah. Selain itu, konsumen jenis pertama ini memiliki kepatuhan terhadap nilai-nilai Islam yang juga rendah
  2. Rationalist: “Gue Dapat Apa?” sebagai sosok konsumen muslim yang memiliki pengetahuan, open-minded, dan wawasan global, tetapi memiliki tingkat kepatuhan pada nilai-nilai Islam yang rendah
  3. Conformist: “Pokoknya Harus Islam!” sebagai sosok konsumen muslim yang umumnya sangat taat beribadah dan menerapkan nilai-nilai Islam secara normatif. Namun, di sisi lain memiliki wawasan terbatas, bersikap konservatif/ tradisional, cenderung kurang membuka diri terhadap nilai-nilai di luar Islam khususnya nilai-nilai Barat.
  4. Universalist: “Islami Itu Lebih Penting!” sebagai sosok konsumen muslim yang bukan hanya memiliki wawasan luas, pola pikir global, dan melek teknologi, melainkan juga terbilang taat dalam menjalankan nilai-nilai Islam. Namun, mereka toleran, open-minded, dan inklusif terhadap nilai-nilai di luar Islam

Sosok Muslim dan Personifikasi Merek
Sebuah merek sebaiknya menjadi merek yang universal yang mengusung kebaikan produk baik secara fungsional dan emotional tanpa mengabaikan unsur keislaman. Merek yang memiliki personifikasi sebagai Apathis , Rationalist atau Comformist berpotensi untuk ditolak oleh sebagaian sosok muslim. Sosok unversalist merupakan sosok ideal yang dirindukan muslim Indonesia.
Personifikasi merek yang dibangun harus ditetapkan dengan benar sejak awal. Dan jika ada perubahan citra maka tidak cukup dengan komunikasi saja, namun perubahan harus benar2 dirasakan  saat konsumen berinteraksi dengan produknya

6 prinsip Pemasaran untuk Muslim Indonesia
  1. The Principle of Customer: konsumen semakin bertambah religius, mereka mulai mencari manfaat spiritual dari produk dan/atau layanan yang akan dibeli serta bisa membantu dalam menjalankan kepatuhan pada nilai-nilai Islam.
  2. The Principle of Competition: kompetisi di sini mengenai prinsip membangun personifikasi berdasarkan karakteristik dari empat sosok jenis konsumen muslim yang telah disebutkan di atas. Prinsip ini membahas bagaimana cara menciptakan koneksi emosional bahkan spiritual dengan mereka.
  3. The Principle of Positioning: prinsip pemasaran ini membahas bagaimana cara mengambil hati kelas menengah muslim agar bisa menjadi produk atau layanan yang inklusif (tidak sebatas kalangan muslim) dan menghasilkan kebaikan universal.
  4. The Principle of Differentiation: inilah prinsip pemasaran yang membahas bagaimana membangun diferensiasi produk /atau layanan yang kokoh dan sulit ditiru oleh kompetitor sehingga menjadi authentic brand. Selain itu, prinsip ini juga membahas bagaimana cara menciptakan brand yang otentik sebagai merek Islami.
  5. The Principle of Value: untuk mengunci persaingan, prinsip pemasaran ini membahas bagaimana cara membangun nilai universal dengan menggabungkan manfaat fungsional, emosional, dan spiritual dari suatu produk atau layanan.
  6. The Principle of Engagement: prinsip terakhir ini membahas mengenai pendekatan pemasaran dengan istilah “community marketing” dengan menghubungkan satu konsumen dengan konsumen lain di dalam komunitas.


*berdasarkan Buku “Marketing to the Middle Class Muslim” karya Yoswohady dkk. Gramedia Pustaka Tama

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images